FASILITAS
Jakarta, 27-08-2025 – Bea Cukai perkuat sinergi dengan berbagai pihak dalam mendorong optimalisasi ekspor nasional. Melalui forum dan diskusi di Aceh, Maluku Utara, serta Bangka Belitung, Bea Cukai menghadirkan langkah konkret untuk membangun ekosistem perdagangan internasional yang lebih sehat, transparan, dan berdaya saing.
Kepala Subdirektorat Humas dan Penyuluhan Bea Cukai, Budi Prasetiyo, menegaskan bahwa upaya memperluas pasar ekspor membutuhkan kolaborasi erat antarinstansi dan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan. “Kami tidak bisa berjalan sendiri, karena data, logistik, pembiayaan, hingga pengawasan mutu membutuhkan keterlibatan banyak pihak. Melalui forum-forum ini, kami ingin memastikan bahwa semua hambatan dapat diurai bersama demi memperkuat daya saing ekspor Indonesia,” ungkapnya.
Di Banda Aceh, Kanwil Bea Cukai Aceh menggelar Forum Sinergi Data Provinsi Aceh pada 26 Agustus 2025. Forum ini menjadi wadah penyamaan persepsi antarinstansi mengenai pemanfaatan data ekspor-impor yang valid sebagai dasar perumusan kebijakan ekonomi. Forum dihadiri oleh perwakilan Badan Pusat Statistik (BPS), Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb), dan Bank Indonesia (BI) Provinsi Aceh.
Fokus utama pembahasan adalah persoalan ketidakakuratan data ekspor, potensi shadow economy, serta kebutuhan integrasi sistem informasi antarinstansi. “Validitas data ekspor-impor sangat penting. Data yang akurat akan mendukung kebijakan strategis pemerintah, baik di tingkat daerah maupun nasional,” jelas Budi.
Sementara itu, di Ternate, Maluku Utara, Bea Cukai bersama Bank Indonesia, pemerintah daerah, BUMN logistik, serta Badan Karantina melaksanakan pertemuan Tim Sinergi Ekspor Maluku Utara (SEMUT) (13/08). Forum ini fokus pada upaya mendorong ekspor komoditas non-tambang yang dinilai memiliki potensi besar, tetapi belum tergarap optimal. Saat ini, jumlah eksportir non-tambang di Maluku Utara baru mencapai lima perusahaan. Melalui SEMUT, diharapkan lahir lebih banyak eksportir baru yang mampu membawa produk unggulan daerah ke pasar global.
Maluku Utara tidak boleh hanya bertumpu pada sektor tambang. Kolaborasi melalui SEMUT ini adalah langkah strategis untuk mencetak eksportir baru, mengurai hambatan logistik, dan menyiapkan ekosistem ekspor yang kokoh.
Di Pangkalpinang, Bea Cukai bersama Kemenkeu Satu Provinsi Bangka Belitung dan pelaku UMKM menggelar diskusi pada 12 Agustus 2025. Pertemuan ini menyoroti tiga komoditas unggulan yakni Lada Putih Muntok, ikan dan olahannya, serta produk berbahan dasar lidi nipah.
Diskusi membahas tantangan ketersediaan bahan baku, standar mutu internasional, hingga akses pembiayaan ekspor bagi pelaku UMKM desa. Upaya ini sejalan dengan program Desa Devisa yang bertujuan memperkuat potensi ekspor langsung dari desa.
“Dengan pembinaan yang tepat, produk lokal bisa tembus ke pasar global. Melalui kolaborasi dengan Kemenkeu Satu, Bea Cukai berkomitmen untuk memperkuat desa devisa sebagai pusat lahirnya eksportir baru,” ujar Budi.
“Kami ingin memastikan setiap potensi ekspor, baik dari komoditas unggulan daerah maupun UMKM, mendapat dukungan penuh. Dengan sinergi lintas sektor, ekspor Indonesia tidak hanya tumbuh dari sisi volume, tetapi juga dari sisi keberlanjutan dan diversifikasi pasar,” tutupnya.