11 September 2025
Bea Cukai Belawan Bahas Solusi Atasi Perlambatan Customs Clearance Time

Bea Cukai Belawan Bahas Solusi Atasi Perlambatan Customs Clearance Time

PELAYANAN

 

 

Belawan, 11 Maret 2025 – Bea Cukai Belawan menggelar rapat monitoring dan evaluasi untuk membahas kenaikan Customs Clearance Time (CCT) dan Dwelling Time (DT) di Pelabuhan Belawan. Rapat yang berlangsung pada Selasa, 11 Maret 2025 di TPFT Graha Segara Belawan ini melibatkan sejumlah pejabat Bea Cukai serta perwakilan dari TPFT Graha Segara dan TPS BNCT.


Kepala Seksi Pengolahan Data dan Administrasi Dokumen (PDAD), Hendra Hutabarat, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari analisis kinerja pelayanan di Pelabuhan Belawan. Berdasarkan data, CCT di pelabuhan tersebut tercatat meningkat dari 0,67 hari pada Januari 2025 menjadi 0,71 hari pada Februari 2025, melampaui target tahunan sebesar 0,53 hari. Kenaikan ini menjadi perhatian karena salah satu penyebabnya adalah perlambatan proses penyampaian dokumen hardcopy PIB Jalur Merah hingga penunjukan pemeriksa barang di TPFT Graha Segara, yang memakan waktu 1,55 hari pada Januari dan 1,38 hari pada Februari. “Perlambatan ini perlu menjadi atensi bersama agar waktu layanan dapat dipersingkat dan target CCT tercapai,” ujar Hendra dalam paparannya. Berdasarkan pengamatan Bea Cukai Belawan secara keseluruhan DT di Pelabuhan Belawan masih dalam kondisi normal. Namun, beberapa kontainer di jalur merah mengalami penyelesaian lebih dari 30 hari, yang turut memengaruhi waktu penyelesaian keseluruhan. Selain itu, perlambatan CCT perlu dianalisis lebih lanjut dari faktor internal di masing-masing TPS, khususnya proses penarikan kontainer jalur merah hingga gate-in ke TPFT Graha Segara. Dari pihak TPFT Graha Segara, Yanuar M. menjelaskan alur penarikan kontainer jalur merah yang melibatkan proses periodik dari TPS BNCT, pembayaran oleh pengguna jasa, hingga penarikan fisik yang ditargetkan selesai dalam 24 jam. Namun, ia mengakui adanya potensi perlambatan akibat faktor seperti pembongkaran kapal, keterlambatan di terminal TPS BNCT, atau permintaan tambahan di luar Job Order. “Analisis lebih lanjut diperlukan karena tidak semua kendala berasal dari satu pihak,” katanya. Charles, perwakilan TPS BNCT, menyatakan bahwa pelayanan kontainer di TPS mereka berjalan normal dan tidak ada kendala signifikan. Ia menyebut bahwa perlambatan biasanya terjadi akibat aktivitas bongkar muat kapal, dan kontainer jalur merah tidak dapat diprioritaskan karena prosesnya bergantung pada penyampaian dari pemilik barang atau pengurusnya. Rapat ini menghasilkan sejumlah kesimpulan penting. Pertama, penyelesaian CCT dan DT melibatkan banyak pihak sehingga memerlukan koordinasi lebih lanjut untuk meningkatkan efisiensi. Kedua, TPFT Graha Segara bersedia menyampaikan rincian alur bisnis dan waktu layanan penarikan kontainer untuk analisis lebih mendalam. Ketiga, pembahasan lanjutan dengan pengguna jasa juga akan dilakukan jika diperlukan. Terakhir, rapat lanjutan dengan data analisis yang lebih terperinci disepakati untuk mengidentifikasi akar permasalahan. Kepala Kantor KPPBC TMP Belawan, Ahmad Luthfi, menegaskan pentingnya kerja sama antarinstansi untuk memastikan pelayanan di Pelabuhan Belawan berjalan optimal. “Kami harus bersinergi dengan semua pihak terkait untuk memastikan pelayanan di Pelabuhan Belawan lebih cepat dan efisien, sehingga target yang ditetapkan bisa tercapai,” ujar Ahmad Luthfi.