PENERIMAAN
Banda Aceh, (02-03-2023) – Kantor Wilayah DJBC Aceh berhasil mencatat penerimaan sampai bulan Februari dari sektor Bea Masuk di Bidang Impor dengan Persentase mencapai 444,9%.
Penerimaan tersebut didapatkan dari impor bea masuk berupa beras, aspal, dan juga bea masuk lainnya. Untuk beras yang merupakan penerimaan impor terbesar untuk tahun 2023 sementara ini mencapai 4,5 milyar, disusul dengan impor aspal melebihi 1 milyar, dan diikuti bea masuk lainnya dari imei telepon genggam dan sanksi administrasi, maupun dari barang penumpang pelaku perjalanan luar negeri sebesar Rp59,25 juta.
Kabid Fasilitas Kepabeanan dan Cukai Kanwil DJBC Aceh Isnu Irwantoro di Banda Aceh, mengatakan penerimaan negara dari bea masuk di Aceh di awal 2023 sudah memenuhi target. "Target bea masuk pada 2023 sebesar Rp1,26 miliar. Baru dua bulan berjalan, penerimaan bea masuk sudah mencapai Rp5,61 miliar atau kalo dipersentasekan sebesar 444,9 persen dari target yang direncanakan," pungkas Isnu Irwantoro. “Penerimaan Bea masuk dari impor tidak hanya dari beras dan aspal, tetapi juga dari imei smartphone dan sanksi administrasi, maupun dari barang penumpang pelaku perjalanan luar negeri, kata Isnu Irwantoro. lebih lanjut dari Isnu Irwantoro menerangkan “Untuk impor beras kita sudah melaksanakannya di dua pelabuhan, yakni di Pelabuhan Malahayati di Kabupaten Aceh Besar serta Pelabuhan Krueng Geukueh di Kabupaten Aceh Utara”. "Penerimaan bea masuk impor beras di dua pelabuhan tersebut masing-masing sebesar Rp2,25 miliar. Sedangkan jumlah impor yang dimasukkan melalui dua pelabuhan tersebut masing-masing 5.000 ton," kata Isnu Irwantoro. “Begitu juga dengan impor aspal yang juga dilakukan di dua pelabuhan tersebut. Penerimaan bea masuk dari aspal Pelabuhan Malahayati sebesar Rp375,63 juta dan Pelabuhan Krueng Geukueh sebanyak Rp679,49 juta.” “Penerimaan bea masuk tersebut juga ditambah dari imei smartphone dan sanksi administrasi, maupun dari barang penumpang pelaku perjalanan luar negeri yang mana hingga bulan Februari ini berhasil hingga hamper 60 juta.”
"Kami terus berupaya meningkatkan penerimaan negara dari sektor bea cukai. Selain dari bea masuk, kami juga mendorong penerimaan dari ekspor. Di antaranya, ekspor minyak mentah sawit atau CPO dari Aceh serta pembentukan kawasan ekonomi khusus," kata Isnu Irwantoro.